Umat Islam Dihimbau Perkuat Spiritualisasi

 
WARTAMU, BANTUL - Nabi Adam a.s ketika pertama kali turun ke bumi setelah keluar dari surga, tidak mempermasalahkan apa yang ada di dunia. Dia hanya rindu pada satu hal sekaligus menjadi sesuatu yang  dia risaukan ketika di bumi, yaitu kenikmatan spiritual yang ada di Surga. Dia rindu melihat tawafnya para malaikat di Surga yang menyuguhkan kenikmatan spiritual.

“Berbeda halnya dengan permasalahan manusia sekarang yang seakan ditelan nikmatnya dunia. Manusia saat ini mengalami despiritualisasi,” ujar Fathurrakhman Kamal, Ketua Majelis Tabligh PP Muhammadiyah, Sabtu (7/1) saat memberi ceramah dalam acara Gerakan Sholat Subuh Berjamaah dan Kajian Sabtu Pagi bertempat di Masjid K.H Ahmad Dahlan Kampus Terpadu UMY.

Lanjut Fathur, menurut sejarawan Alfinn Toffler dikatakan bahwa suatu peradaban yang akan bertahan di masa  mendatang adalah peradaban yang meletakkan dan menghargai spiritualisasi. Maka peradaban yang tidak meletakkan spiritualisasi sebagai basis berarti peradaban tersebut harus bersiap untuk hilang.

“Umat Islam harus bisa lebih memperkuat lagi spritualisasi (penjiwaan) ajaran agamanya, termasuk civitas akademika UMY juga perlu meletakkan spiritualisasi sebagai dasar dalam menjalani berbagai kegiatan,” ujarnya.

Selain itu, Fathur juga menyoroti permasalahan umat Islam yang terjadi saat ini, khususnya di Indonesia. “Saat ini Islam dihadapkan pada permasalahan yang paradoks. Segala sesuatu terlihat antagonis. Ini seperti dikatakan oleh Ketua Umum Muhammadiyah, Haedar Nashir bahwa umat Islam sedang distigmasisasikan menjadi aktor antagonis,” ungkapnya.

Orang Islam banyak yang terpaksa dan tidak tulus menunjukkan eksistensi keislamannya. Despiritualisasi seperti ini semakin dirasakan saat ini. “Oleh karena itu, semoga kita terhindar dari sifat terpaksa tersebut dan tulus dalam beribadah,”jelasnya.

Untuk menghadapi masalah-masalah tersebut, Fathur pun kembali menghimbau umat Islam agar kembali menjiwai Al-Qur’an, atau istilah yang sedang umum saat ini adalah purifikasi Al-Qur’an.

“Salah satu cara yang dilakukan yaitu dengan meyakini Al-Qur’an sebagai pedoman hidup yang senantiasa benar. Al-Qur’an tidak hanya dalil, namun lebih dari itu merupakan hidayah dari Allah.

Ibarat orang hidup di dunia adalah yang sedang mencari alamat, AL-Qur’an tidak hanya menunjukkan alamat tersebut, namun akan mengantarkannya,”imbuhnya.

sumber : muhammadiyah.or.id
Share on Google Plus

About Unknown

0 komentar:

Posting Komentar